Temanku bertanya padaku,
“Bagaimana cara menyembunyikan kemarahan dan kekecewaan ?”
Aku tidak mau asal menjawab, aku pun mulai mengingat-ingat apa yang selama ini aku lakukan bila aku disakiti. Maka inilah jawabanku :
Pertama : Memaafkan
Boleh jadi orang yang menyakiti kita tidak berniat untuk menyakiti atau tidak sengaja menyakiti, bahkan boleh jadi saat itu kita sedang banyak masalah, kondisi psikologis kita sedang labil atau mungkin kita saat itu sedang bad mood sehingga perkataan atau perbuatan orang lain kita terima negatif. Kalaupun ternyata ia sengaja melakukannya maka berfikirlah ia sedang khilaf, ingat-ingatlah segala kebaikan yang ada pada dirinya, berfikirlah bahwa ia tidak/belum memahami siapa diri kita yang sesungguhnya, atau… boleh jadi kita yang terlebih dahulu menyakitinya ?
Intinya adalah berfikir positif dan introspeksi diri akan membantu kita untuk lebih mudah memaafkan. Kemarahan hanya akan melenyapkan kebahagiaan sedang memaafkan akan selalu mendatangkan ketenangan batin yang pada akhirnya membawa kita pada kebahagiaan.
Kedua : Bicarakan
Jika kita belum juga bisa memaafkan, kita masih saja sakit hati dengan perkataan atau perbuatannya, kita masih merasa marah dan kecewa, maka bicarakanlah persoalan itu kepada yang bersangkutan, bicarakan dengan hati tenang dan sikap arif. Seperti kita yang mempunyai alasan untuk marah, kesal atau kecewa, pasti ia mempunyai alasan membuat kita dalam kondisi seperti itu. Ungkapkan perasaan kita dan mintalah penjelasan padanya.
Jangan ragu dan takut. Karena melakukan hal ini berarti kita tengah membuat dua kebaikan.
Kebaikan pertama pada diri kita sendiri. Agar kita tidak lagi merasa marah, kesal dan kecewa yang sudah pasti menyebabkan hati kita tidak lagi merasa tenteram, hati kita terjangkiti penyakit, tak lagi bersih dan suci.
Kebaikan kedua pada diri orang yang menyakiti kita. Membicarakan artinya kita membantu ia mengetahui kesalahannya sehingga ia dapat memperbaiki diri.
Adalah tidak adil bagi diri kita dan dirinya bila kita memendam kemarahan dan sakit hati sedang ia sama sekali tidak mengetahui. Maka berbuat adillah, bicarakan padanya apa yang kita rasakan atas perkataan dan perbuatannya niscaya hati kita akan menjadi sangat lapang untuk memaafkan sehingga tak ada lagi kemarahan apalagi dendam.
Dengan melakukan dua hal tersebut kita tidak perlu lagi menyembunyikan kemarahan dan kekecewaan. Tak perlu lagi bersandiwara dengan bersikap manis padahal hati kita memendam kekesalan., yang ada hanya ketulusan, ketulusan dan selalu ketulusan atas setiap perkataan dan sikap kita…<chy-kh>
No comments:
Post a Comment